Allhamdulillahi Rabbil Alaamin, Washalatu washalamu alaa Sayyidina
Muhammadin Wa alaa alihii washahbihii aj'main. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah wa asyhadu
anna Muhammadan abduhuu Warasuuluh la nabiyya ba'da.
Kaum Muslimin yang
dirahmati Allah SWT, pada bagian dari web site saya ini, saya mencoba memberikan sesuatu
yang semoga bermanfaat bagi kita semua Insya Allah. Walaupun barangkali
beberapa dari kaum muslimin telah membaca, tapi tidak ada salahnya saya mencoba mengingatkan
kembali, sebab kita manusia acap kali sering lupa bahkan tidak memikirkannya lagi.
Di sinilah kita dapat saling mengingatkan, apalagi kita sebagai kaum muslimin yang bersaudara
harus saling ingat-mengingatkan terutama dalam hal melaksanakan
perintah-perintah dari Allah SWT dan menjauhi segala larangan dari Allah SWT.
Mudah-mudahan kita selalu berada dalam naungan Sang Pencipta kita, Allah
Rabbul Alamiin. Apa yang saya coba berikan lewat web site ini tentunya masih banyak
kekurangannya, dan sebelumnya saya mohon maaf atas segala kekurangan yang saya
miliki dan apabila apa yang saya coba tulis ini BENAR adanya, maka tentunya
semuanya dari Allah SWT, dan apabila ada yang SALAH, maka mungkin sekali itu
berasal dari diri saya pribadi.
Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan
ruhani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur saripati tanah. Sedangkan
ruh manusia merupakan substansi immateri, yang keberadaannya di alam baqa nanti merupakan
rahasia Allah SWT. Proses kejadian manusia telah dijelaskan dalam Al-Qur'anul Karim dan Hadits
Rasullullah SAW.
Tentang proses kejadian manusia, Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an
yang artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Suci Allah, Pencipta yang paling baik". (Q.S. Al-Mu'minun [23] ayat 12-14). Tentang proses kejadian
manusia ini dapat juga kita lihat pada Q.S. As-Sadjah [32] ayat 7-9.
Dalam Hadist Rasulullah SAW tentang kejadian manusia, beliau bersabda
yang artinya: "Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya 40 hari sebagai
nuthfah, kemudian sebagai 'alaqah seperti itu pula (40 hari), lalu sebagai mudhghah seperti itu,
kemudian diutus Malaikat kepadanya, lalu Malaikat itu meniupkan ruh ke dalam tubuhnya".
(Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari r.a. dan Muslim r.a.).
Ketika masih berbentuk janin sampai umur empat bulan, embrio manusia belum
mempunyai ruh, karena baru ditiupkan ke janin itu setelah berumur 4 bulan (3 x 40 hari). Oleh
karena itu yang menghidupkan tubuh manusia itu bukan ruh, tetapi kehidupan itu sendiri sudah ada
semenjak manusia dalam bentuk nutfhah. Ruh yang bersifat immateri memiliki dua daya, yaitu daya
pikir yang disebut dengan akal yang berpusat di otak, serta daya rasa yang disebut kalbu yang
berpusat di dada. Keduanya merupakan substansi dari ruh manusia.
Di dalam Islam telah digariskan bahwa manusia diciptakan untuk mengabdi
kepada Tuhannya. Pengabdian kepada Tuhan itulah yang disebut dengan ibadah. Ibadah itu terbagi dua,
(1) Ibadah Mahdlah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata-caranya, dan
syarat-syarat pelaksanaannya oleh nash baik Al-Qur'an maupun Al-Hadits yang tidak boleh diubah,
ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya.
(2) Ibadah 'Ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakukan oleh manusia yang diwujudkan dalam
bentuk segala aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari
keredlaan Allh SWT.
Keterangan ini dapat dijadikan sebagai suatu tujuan hidup kita. Jadi setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keredlaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keredlaan Allah SWT adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauh dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedangkan di akhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridlainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku". (Q.S. Al-Fajr [89] ayat 27-30).
Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita sekalian. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.
Seputar Tentang |
![]() ![]() ![]() ![]() |